Skip to main content

"Bulatan Kehidupan Dan Ilmu Gigi"

KEHIDUPAN DAN ILMU ADALAH BULATAN TAK BERTEPI. DAN, SETIAP TITIK DI PERMUKAANNYA, DI DALAMNYA, DI LUARNYA, ATAU DI BAGIAN MANA PUN DARI BOLA TAK TERHINGGA ITU ADALAH PINTU ILMU DAN JALAN RAHASIA MENUJU KESEJATIAN HIDUP YANG ORANG MAIYAH SEBUT SEBAGAI ALLAH.

Jangankan di dalam surat orang Maiyah. Cukup melintaslah di jalan mana saja, di pasar, di kampung, engkau akan temukan pintu rahasia itu.

Rasakan sekilas saja usapan angin. Pandanglah ke langit sesaat. Perhatikan gemuruh air samudra sejenak. Atau perhatikan apa saja yang seakan-akan remeh: lalat yang terbang melintas, cacing menembus bumi, binatang-binatang melata, tetes air hujan. Temukan pintu rahasia cinta Allah padanya.

Orang Maiyah menemukan ilmu, kesejatian, cinta, kebahagiaan, dan Allah cukup hanya dengan memandang giginya tatkala berkaca yang membuatnya bersyukur bahwa Allah mengambil keputusan untuk tidak membiarkan gigi terus tumbuh.

Surat Mustafa apa lagi. Tak usah ditafsirkan. Temukan saja pintu-pintu Ilmu Maiyah di surat itu.

“Sedulur Maiyah No. 274”, apa itu? Di tengah kebudayaan campur modern-tradisional-primitif yang penuh peperangan, dengki, kebencian, kesalahpahaman, kepandaian yang bodoh, apa makna kumpulan empat kata itu? Tulislah buku-buku besar dari situ.

“Kehadiran lautan tak bertepi di kalbu ini.” Ah, jadi ingat Manajemen Kalbu? Kalbu itu

subjeknya atau objeknya? Kalbu itu yang me-manage atau yang di-manage? Ah, jadi ingat




Surah An-Nur ayat 35: “misykat, misbah, zujajah, ia syarqiyyah wala ghorbiyyah ….7”

Bertanyalah kepada orang Maiyah bagaimana sesungguhnya dan sebaiknya manajemen yang dimaksudkan itu, agar hidupmu tidak pusing berkepanjangan. Tidak sedih secara inefisien. Tidak menderita secara bodoh, tidak berantem tanpa ilmu. Tidak mengejar fatamorgana yang sebentar lagi akan menertawakanmu.

“Binatang bertubuh manusia”, “anjing-anjing menjulurkan lidahnya”, “Tholut”, “cah angon”, dan puluhan pintu lagi. Orang Maiyah masih ingat secara terang benderang kandungan, wacana, dan kosmos ilmu di balik itu semua karena bertahun-tahun sudah mereka

memperbincangkannya, mengembarainya bersama-sama, merenunginya, menyelaminya, dan tertawa bersama-sama.[]


Arti harfiahnya ‘corong, pelita, kaca, tidak di timur dan di barat’. Ayat ini berisi tentang perumpamaan cahaya berlipat ganda yang diberikan oleh Allah ibarat corong dalam pelita kaca yang berkilauan dengan bahan bakar minyak zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak di barat karena selalu tercukupkan sinar matahari.―peny.



“Orang Maiyah menemukan ilmu, kesejatian, cinta, kebahagiaan, dan Allah cukup hanya dengan memandang giginya tatkala berkaca yang membuatnya bersyukur bahwa Allah mengambil keputusan untuk tidak membiarkan gigi terus tumbuh.”

Comments